Rabu, 13 Januari 2010

Nikah, Siapa Takut…!
By : Masrul Anam


Apa yang menghalangi kita untuk menikah?

"Jujurlah pada diri sendiri...preeeend!"
Inilah ungkapan singkat sahabatku yang menggugah hatiku untuk selalu berkata sesuai dengan nalurinya.
Kalaulah semua kita jujur pada diri sendiri, sebenarnya keinginan untuk menikah itu sudah sering kali kita lontarkan jauh dari lubuk hati yang paling dalam. Akan tetapi, karena tidak jujur pada diri sendiri kita berusaha menyumbat rapat-rapat atau bahkan menguburnya dengan berbagai alasan. ( yang kadang-kadang secara diam-diam keinginan itu muncul lagi, he he he )
Sebenarnya apa yang menghalangi kita untuk menikah? Apa yang menyebabkan sebagian dari kita merasa terhalang langkahnya untuk mempersunting seorang gadis muslimah yang baik-baik sebagai istri? Sementara kekhawatiran jatuh kepada maksiat sudah mulai menguat. Maksiat-maksiat kecil (yang kita anggap kecil) sempat berlangsung, ada kecemasan kalau keterlambatan menikah membuat kita terjatuh kepada maksiat yang lebih besar.
Sebuah sya'ir karya Al-Bushiri, yang tiap ahad malam senin di baca ama sahabatku, aku teringat didalamnya ada beberapa bait sindiran buat kita :
" Siapakah itu
yang sanggup kendalikan hawa nafsu
seperti kuda liar yang dikekang temali kuat?

Jangan kau ber-angan dengan maksiat,
nafsu bisa dikalahkan.
Maksiat itu…
makanan yang bikin nafsu buas dan kejam"

Apakah kita masih sanggup bertahan lama untuk membujang dan menanggung beban syahwat yang sangat berat? Apalagi pada masa seperti sekarang ini, ketika hampir segala hal memanfaatkan gejolak syahwat untuk mencapai keinginan. Iklan-iklan menggunakan gambar wanita untuk menarik pembeli. Tak sekedar itu, internet-internet menampilkan gambar-gambar porno secara gratis ( maksudnya tanpa dicaripun kadang muncul sendiri ). Belum lagi pakaian-pakaian wanita zaman sekarang yang serba pas-pasan. Nau’dzu billahi min dzaalika………..Maka, tak semua kita dapat menahan pikiran dan angan-angan.
Belakangan ini, saya sering mendengar keluhan teman-teman seusia saya yang masih membujang mengenai angan-angan dan pikiran mereka tentang pernikahan atau harapannya pada seorang gadis. Dorongan-dorongan alamiah untuk mempunyai teman hidup yang khusus ini telah menyita kosentrasi. Daya serap terhadap ilmu tidak tajam, fikiran selalu melayang.. Apalagi untuk shalat, sulit merasakan kekhusukan.
Berbagai usaha pencegahan telah dilakukan, mulai dari menyibukkan diri dengan organisasi, belajar, berolah raga, sampai usaha terakhir berpuasa. Tetapi ketika angan-angan itu datang lagi, semua benteng-benteng pencegahan diri hancur. Nah, pada saat itulah terpikir tidak ada solusi terbaik kecuali menikah.
Apa yang menghalangi kita untuk menikah…?
Padahal kita tahu, bahwa menikah bisa medekatkan manusia kepada sorga-Nya. Dengan menikah, kemuliaan akhirat dan bahkan keindahan hidup didunia Insyaallah akan kita dapatkan.
Allah berfirman :
" Dan diantara tanda-tanda kekuasaannya, dia menciptakan untukmu istri-istri dari jenismu sendiri, agar kamu cenderung dan merasa tentram kepadanya, dan dijadikannya rasa kasih dan sayang diantaramu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir. ( QS. Ar-Ruum : 21 )

Dari Abu Hurairah r.a. Rasulullah Saw. Bersabda :
"Tiga orang yang akan selalu diberi pertolongan oleh Allah adalah seorang mujahid yang selalu memperjuangkan agama Allah Swt., orang berhutang yang ingin membayarnya, dan seorang yang menikah untuk menjaga kehormatannya. ( HR.Ahmad )

Rasulullah juga telah memperingatkan :
"Bukan termasuk golonganku, orang yang merasa khawatir akan terkungkung hidupnya karna menikah kemudian ia tak menikah

Menikah sambil kuliah, mungkinkah?

Bicara tentang nikah sambil kuliah, mungkin atau tidaknya tergantung pada pribadi masing-masing dalam menyikapinya. Kalau kita punya tekad dan kemauan yang kuat dalam menuntut ilmu, maka pernikahan tidak akan menjadi penghalang. Banyak orang yang berhasil walaupun mereka menikah saat kuliah. Ini salah satu bukti bahwa menikah tidak akan menghalangi studi.
Yang namanya hidup pasti ada senang dan susahnya. Menikah atau tidak menikahpun, masalah itu akan selalu ada. Begitulah kehidupan. Namun kebanyakan orang hanya mengharapkan yang enak-enak atau kondisi ideal saja. rumah mewah, punya kendaraan, pekerjaan tetap, itulah dambaan setiap orang. Padahal kalau kita pikir semua itu butuh waktu dan proses yang lama, tak semudah membalik telapak tangan. Sementara godaan semakin kuat, usia makin lanjut, rambut satu persatu rontok, raga pun perlahan rapuh dan sepuh, jadi nikahnya kapan…?
Islam menganjurkan umatnya untuk menikah. Karena pernikahan merupakan kemulian yang sangat tinggi derjatnya. Rasulullah Saw. Bersabda, " Apabila seorng hamba telah berkeluarga berarti dia telah menyempurnakan separoh dari agamanya, maka takutlah kepada Allah terhadap separoh yang lainnya ".
Islam juga meletakkan penghormatan yang sangat tinggi terhadap ilmu dan orang yang menuntutnya. Banyak sekali hadis shahih maupun hasan yang menunjukkan keutamaan menuntut ilmu. Dalam surat Al Mujadillah, Allah Swt. Telah berfirman, "Allah mengangkat derajat orang-orang beriman dan orang-orang berilmu beberapa derajat."
Seharusnya, pernikahan dan mencari ilmu bisa berjalan beriringan. Tidak saling mengacaukan. Insyaallah pernikahan tidak menjadikan orang tidak bisa menuntut ilmu. Kurangnya gairah menuntut ilmu, bukan karena melakukan pernikahan. Mustahil Allah menyerukan dua hal yang sama-sama mulia, tetapi sifatnya justru saling bertentangan.
Kalaulah kita mau jujur, insyaallah kita akan mendapati bahwa masalahnya bukan terletak pada status pernikahannya.
Alhasil, bagaimana kesimpulannya? Tergantung pada prinsip dan idealisme masing-masing. Tapi jujurlah pada diri sendiri. Wallahu a'lam bishawab.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar